|

Lumpur Sidoarjo Dari Sudut Geologi

Sejak semburan lumpur panas menggenangi sebagian daerah Sidoarjo dan sampai kini semburan itu belum dapat dikendalikan, sejumlah ahli geologi seperti dihadapkan pada sebuah kasus dan persoalan pelik yang menguras energi cukup besar. Sejumlah skenario penghentian semburan itupun di rancang dan anehnya belum juga menunjukkan hasil. Karena luapan lumpur panas itu seperti mengamuk, seakan-akan alam ini telah murka dan pada akhirnya memuntahkan kemarahan dengan menyemburkan lumpur panas yang melimpah ruah sehingga mengakibatkan banjir lumpur. Akibatnya porong pun seperti kawah lumpur.

Dr. Ir. Rudi Rubiandini RS, dosen Insitut Teknologi Bandung dan Ketua Majelis Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (kompas), menulis ada dua kubu yang cukup representatif dalam melihat fenomena itu. Kelompok satu (ahli geologi) berpendapat dan percaya bahwa kejadian ini adalah sebuah fenomena mud volcano, yakni keluarnya lumpur dari bawah tanah, seperti halnya kasus Bleduk Kuwu yang keluar secara alamiah. Karena itulah, menurut anggapan mereka, apabila hipotesa ini benar adanya, maka lubang dibawah tanah itu tidak akan menimbulkan gerowongan dan tanah akan tetap stabil.

Sementara kelompok kedua (termasuk ahli pengeboran minyak) berpendapat dan juga percaya kalau kejadian ini adalah sebagai fenomena dari undeground blowout (UGBO) yakni keluarnya fluida bawah tanah (air, minyak atau gas) yang terjadi tidak dari lubang pengeboran. Jika hipotesis dari kelompok ini benar, maka akan berakibat terbentuknya sebuah gerowongan yang sangat besar di bawah tanah dan bisa jadi mengalami subsidance (penurunan tanah secara vertikal). Fenomena ini pernah terjadi di sumur pengeboran migas di daerah Sumatra Utara.

Lantas bagaimana cara menangani kasus semburan lumpur ini dari aspek geologi?

Jika fenomena UGBO yang terjadi, seperti telah dikatakan oleh Dr. Ir. Rudi Rubiandini RS, berdasarkan pengalaman setiap blow out, akhirnya dapat di matikan. Cara yang paling banyak berhasil adalah menggunakan relief well atau membuat sumur baru yang agak jauh (Penanganan model ini sudah direncanakan sebagai skenario 3 untuk menghentikan semburan lumpur).

Akan tetapi, apabila fenomena mud volcano yang terjadi, tampaknya harapan keberhasilan teknologi relief well dapat meleset dan harus dibuat skenario ke 4 dengan cara melakukan kegiatan pengeboran 4-5 relief well di lokasi yang mengelilingi semburan dan dilakukan secara bersamaan.

Cara lain lagi adalah dengan tak berusaha mematikan semburan, melainkan mengalirkan lumpur ke laut sampai kemudian secara alamiah melemah, atau di usahakan di hambat dan akhirnya mati dengan sendirinya. Dan pada akhirnya tidaklah dapat dipungkiri, jika lumpur yang di alirkan ke laut itu akan membentuk sebuah pulau buatan (artificial island).
Share :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright Internet Bebas 2010 -2011 | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.